Assalaamu'alaikum
Saya punya cerita baru nih, baru banget, baru 4 hari yang lalu (Senin, 13 Juli 2020). Ceritanya gini, saya kan baru dicukur rambut pas hari minggunya. Nah, di hari seninnya berangkat kerja. Terus, pas istirahat siang, jam 12-an, seperti biasa, anak-anak pemagang Indonesia pada ke toilet, ada yang cuci tangan doang, ada yang sekalian wudhu lalu shalat di perusahaan. Karena disini (Jepang) tidak seperti di Indonesia yang biasanya di tiap perusahaan menyediakan tempat shalat, kalau di sini tidak, jadi shalatnya harus nyari tempat yang layak. Saya biasanya datang pertama ke toiletnya. sebelum wudhu, seperti biasa karena rambut saya panjang, saya iket dulu. Daaan, pas saya lagi iket rambut, teman-teman yang lain pada lihatin. Terus pas saya udah selesai iket rambutnya, mereka bilang gini,
"Ah, tambah keren ah."
Ada juga yang bilang, "Yah, kerennya nambah 2x lipat. Sebelum dicukur aja udah keren, apalagi ini."
"Pai, keren pai." (Senpai artinya senior, budaya orang indo dipendekin jadi Pai doang).
Sampe ada junior saya yang jarang ngobrol bilang gini, "Mas, keren mas asli."
Ya, saya cuman bisa bilang, "Arigatou", atau artinya terima kasih.
Kalau dipikir baik-baik. Hal kayak gini yang buat saya pengen manjangin rambut. Karena khawatir dengan kejadian kek ginilah yang buat saya tidak mau upload foto di media sosial. Karena hal kek ginilah saya panjangin kumis. Karena khawatir hal kek ginilah rambut saya juga dipanjangin. Karena khawatir hal kek gini juga saya selalu pakai pakaian yang sederhana. Takut, takut banget kalau nantinya saya malah sombong. Takut, takut banget kalau nantinya saya selalu ingin dipuji karena fisik yang saya miliki. Takut.
Alasan kenapa saya tidak suka upload foto juga karena takut saya jadi sombong, takut nantinya saya malah ingin dipuji, takut kalau digoda ingin pamer. Sifat-sifat itu tuh penyakit hati namanya. Saya berusaha untuk menjauhi penyakit-penyakit hati itu. Kalau dengan berpenampilan bagus bisa membuat saya sombong, yaudah mending jangan berpenampilan bagus, biasa aja. Kalau dengan memperlihatkan sesuatu membuat saya jadi ingin dipuji (Riya), yaudah mending jangan diperlihatkan.
Saya jadi menyadari sesuatu, bahwa Allah memberikan fisik yang bagus, wajah yang cukup tampan, pemikiran yang cukup dewasa, dan kelebihan lain, tapi lebih banyak kekurangannya. Ada yang bilang kalau saya ini kurang pede aja. Saya rasa nggak, justru karena saya merasa percaya diri dengan kelebihan fisik yang saya miliki maka dari itu saya tidak mau menunjukannya pada orang lain. Karena takut hal tadi. Jadi kayak gini maksud saya. Karena saya tahu wajah saya cukup tampan, makanya saya tidak mau tunjukin ke orang lain. Sebab, kalau saya tunjukan ke orang lain padahal saya tahu dan mengakui bahwa wajah saya cukup tampan, maka hati saya pasti akan digoda riya (ingin dipuji). Daripada hati saya digoda riya, saya mending menghindari setiap hal yang bisa buat hati saya riya. Artinya, yaudah mendingan jangan ditunjukin.
Yaaa itulah, catatan saya hari ini. semoga bermanfaat.
Wassalaamu'alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh.
Saya punya cerita baru nih, baru banget, baru 4 hari yang lalu (Senin, 13 Juli 2020). Ceritanya gini, saya kan baru dicukur rambut pas hari minggunya. Nah, di hari seninnya berangkat kerja. Terus, pas istirahat siang, jam 12-an, seperti biasa, anak-anak pemagang Indonesia pada ke toilet, ada yang cuci tangan doang, ada yang sekalian wudhu lalu shalat di perusahaan. Karena disini (Jepang) tidak seperti di Indonesia yang biasanya di tiap perusahaan menyediakan tempat shalat, kalau di sini tidak, jadi shalatnya harus nyari tempat yang layak. Saya biasanya datang pertama ke toiletnya. sebelum wudhu, seperti biasa karena rambut saya panjang, saya iket dulu. Daaan, pas saya lagi iket rambut, teman-teman yang lain pada lihatin. Terus pas saya udah selesai iket rambutnya, mereka bilang gini,
"Ah, tambah keren ah."
Ada juga yang bilang, "Yah, kerennya nambah 2x lipat. Sebelum dicukur aja udah keren, apalagi ini."
"Pai, keren pai." (Senpai artinya senior, budaya orang indo dipendekin jadi Pai doang).
Sampe ada junior saya yang jarang ngobrol bilang gini, "Mas, keren mas asli."
Ya, saya cuman bisa bilang, "Arigatou", atau artinya terima kasih.
Kalau dipikir baik-baik. Hal kayak gini yang buat saya pengen manjangin rambut. Karena khawatir dengan kejadian kek ginilah yang buat saya tidak mau upload foto di media sosial. Karena hal kek ginilah saya panjangin kumis. Karena khawatir hal kek ginilah rambut saya juga dipanjangin. Karena khawatir hal kek gini juga saya selalu pakai pakaian yang sederhana. Takut, takut banget kalau nantinya saya malah sombong. Takut, takut banget kalau nantinya saya selalu ingin dipuji karena fisik yang saya miliki. Takut.
Alasan kenapa saya tidak suka upload foto juga karena takut saya jadi sombong, takut nantinya saya malah ingin dipuji, takut kalau digoda ingin pamer. Sifat-sifat itu tuh penyakit hati namanya. Saya berusaha untuk menjauhi penyakit-penyakit hati itu. Kalau dengan berpenampilan bagus bisa membuat saya sombong, yaudah mending jangan berpenampilan bagus, biasa aja. Kalau dengan memperlihatkan sesuatu membuat saya jadi ingin dipuji (Riya), yaudah mending jangan diperlihatkan.
Saya jadi menyadari sesuatu, bahwa Allah memberikan fisik yang bagus, wajah yang cukup tampan, pemikiran yang cukup dewasa, dan kelebihan lain, tapi lebih banyak kekurangannya. Ada yang bilang kalau saya ini kurang pede aja. Saya rasa nggak, justru karena saya merasa percaya diri dengan kelebihan fisik yang saya miliki maka dari itu saya tidak mau menunjukannya pada orang lain. Karena takut hal tadi. Jadi kayak gini maksud saya. Karena saya tahu wajah saya cukup tampan, makanya saya tidak mau tunjukin ke orang lain. Sebab, kalau saya tunjukan ke orang lain padahal saya tahu dan mengakui bahwa wajah saya cukup tampan, maka hati saya pasti akan digoda riya (ingin dipuji). Daripada hati saya digoda riya, saya mending menghindari setiap hal yang bisa buat hati saya riya. Artinya, yaudah mendingan jangan ditunjukin.
Yaaa itulah, catatan saya hari ini. semoga bermanfaat.
Wassalaamu'alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh.
0 komentar:
Posting Komentar